EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBANTUAN HANDS
ON ACTIVITY (HOA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT
Ratna Titi Wulandari, Akbar Sutawidjaja, Susiswo
Universitas Negeri Malang
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripksikan pembelajaran berbantuan HOA yang efektif
untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Kegiatan HOA yang
dilakukan adalah siswa praktek langsung menggunakan alat atau benda manipulatif
dalam menemukan konsep matematis, khususnya pada materi garis dan sudut.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang dilakukan di SMP N 3
Grabag, kabupaten Magelang, tahun pelajaran 2015/2016 pada materi garis dan
sudut, kelas VII E sebanyak 30 orang. Dalam pembelajaran tersebut guru membuat
desain agar siswa menemukan suatu konsep pada materi garis dan sudut dengan
kegiatan HOA. Guru mengaktifkan setiap
siswa untuk melakukan kegiatan HOA di lembar kerja masing-masing. Kegiatan
pembelajaran berbantuan HOA tersebut ternyata dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematis siswa. Hal tersebut dilihat dari hasil tes bahwa siswa yang
memperoleh nilai > =60 untuk pilihan ganda 83,3%, sedangkan dari soal
uraian terlihat adanya peningkatan pemahaman dari tes awal penelitian. Hal ini
menunjukkan keefektifan pembelajaran berbantuan HOA pada materi garis dan
sudut.
Kata
Kunci: HOA, efektif.
Pemahaman konsep matematika
dapat diperoleh
siswa dengan maksimal melaui proses
menemukan kembali konsep matematika tersebut yang dilakukan siswa secara
aktif dengan bimbingan guru. Hal ini seperti yang dinyatakan Frudental dengan
istilah guided reinvention. Siswa
harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru
yang didukung pengalaman sebelumnya (Balka, Hull, and Harbin Miles). Pada
kenyataannya siswa cenderung pasif dan kurang perduli terhadap pelajaran
matematika. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam menemukan
suatau konsep.
Karena dengan suasana yang menyenangkan belajar akan lebih efektif. Hal ini
seperti yang diungkapkan Dryden (2001: 22) bahwa dengan suasana yang
menyenangkan belajar akan lebih efektif.
Untuk memberikan suasana belajar yang
menyenangkan dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka perlu adanya inovasi
pembelajaran yang bisa menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa. Yaitu
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengalami proses belajar sendiri bukan
hanya transfer ilmu dari guru (Gravemeijer, 2016 dan Freudental dalam Wijaya,
2012: 20). Oleh karena itu siswa diarahkan untuk melakukan proses belajar
sendiri (praktek ) dalam menemukan konsep matematis. Hal ini sesuai ungkapan
Dryden (2001: 100) siswa diarahkan untuk mempraktekkan apa yang sedang
dipelajari, karena kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang
kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
kita dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan
dan kita lakukan. Hal seperti ini tertuang juga dalam pepatah China yang
artinya: saya dengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya lakukan
dan saya paham (David,1994), sehingga dalam peroses pembelajaran tersebut siswa
mengalami pembelajaran bermakna karena siswa
tidak menerima begitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus
memahami bagaimana dan dari mana konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan
mencoba dan menemukan. Reys (2009: 24) mengemukakan bahwa pengetahuan bukan didapat secara
pasif, melainkan ditemukan atau diciptakan secara aktif oleh siswa, dan
membangun pengetahuan matematika baru dengan merefleksikan kegiatan fisik dan
mental.
Menurut Hudojo (2001: 71) siswa yang
masih dalam tahap perkembangan congcrete
operations adalah tahap permulaan berfikir matematik logik. Sehingga siswa
diarahkan pada kejadian riil yang bisa diamati oleh siswa dalam membuat
kesimpulan atau menemukan suatu konsep geometri karena siswa dimungkinkan
untuk menangani, memanipulasi atau mengamati proses suatu konsep (David:1994). Kegiatan
yang diarahkan
pada kejadian riil, menangani dan memanipulasi tersebut adalah kegiatan
matematika sebagai “Math Wise”,
artinya Hands On Activity sebagai
cara mengenalkan pemahaman matematika secara real (Overholt, 2010: v). Cook (1995)
menyebutkan bahwa penerapan Hands on
Activity merupakan involving students
in really doing mathematics, experimenting first-hand with physical objects in
the environment and having concrete experience before learning abstract
mathematical concepts, maksudnya bahwa penerapan Hands on Activity melibatkan siswa secara nyata
melakukan matematika, berawal bereksperimen dengan benda-benda
fisik pada lingkungan sehingga siswa memiliki pengalaman konkret sebelum belajar konsep-konsep matematika yang abstrak. Hal ini juga didukung teori Bruner
bahwa proses belajar yang harus dilalui siswa adalah enaktif (benda fisik),
ikonik (pemodelan dari benda fisik) dan simbolik (konsep matematika yang
abstrak).
Dalam penelitian ini dipilih materi garis
dan sudut karena terdapat beberapa kesalahan konsep siswa dalam aplikasi sifat
sudut pada hubungan antar sudut atau sifat sudut pada garis sejajar dipotong
garis lain. Siswa masih melakukan kesalahan ketika menyelesaikan persamaan
linear satu variabel sebagai aplkikasi sifat-sifat sudut tersebut. Berdasarkan
hal tersebut, maka dengan pembelajaran berbantuan HOA, diharapkan guru dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa dalam menemukan konsep matematika melalui
kegiatan HOA tersebut.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan PTK yang dilaksanakan di SMP N 3 Grabag kabupaten Magelang, kelas VII
E sebanyak 30 orang. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tes awal
untuk melihat materi prasyarat yang sudah dikuasai siswa. Selanjutnya, berdasarkan
diskusi bersama guru yang bersangkutan, yaitu guru matematika VII E, hasil tes
awal, serta berdasarkan keheterogenan siswa, maka dibentuk kelompok yang
selanjutnya akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya
peneliti melaksanakan pembelajaran matematika sesuai dengan RPP yang disusun
berdasarkan HOA. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tersebut peneliti sudah
mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di dalamnya terdapat kegiatan HOA
untuk menemukan konsep matematis yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti
dan observer berdiskusi tentang hasil observasi yang telah dilakukan. Di akhir
pembelajaran diakhiri dengan tes berupa pilihan ganda dan uraian untuk melihat
pemahaman konsep siswa terhadap materi yang sudah didiskusikan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini lebih
ditekankan pada tingkat keefektifan pembelajaran matematika berbantuan HOA. Untuk mendapatkan kesamaan pengertian
pada penelitian perlu pendifinisian keefektifan. Pembelajaran berbantuan HOA
akan dikatakan efektif jika nilai siswa >= 60 mencapai minimal 75% untuk soal pilihan ganda
dan adanya dampak pada perubahan dalam mengerjakan soal uraian. Siswa melakukan
HOA dalam menemukan
konsep garis dan sudut, diantaranya siswa dapat menyelesaikan persamaan linear satu variabel untuk
aplikasi soal sudut saling berkomplemen, bersuplemen, bertolak belakang, dan sifat sudut
yang terbentuk pada dua garis sejajar jika dipotong garis lain. Guru menyediakan alat yang digunakan untuk
menemukan konsep-konsep dasar dan kertas
disetiap kelompok untuk dipotong sesuai ukuran sudut yang ada dalam soal. Pada
awalnya siswa belum bisa menghubungkan sifat sudut saling berkomplemen dengan
potongan kertas yang membentuk persamaan linear satu variabel seperti tampak
pada gambar 5.5. Siswa yang terbiasa secara langsung diberi contoh dalam
belajar, menimbulkan kesulitan ketika mereka harus memahami LKS secara mandiri.
Hal ini menimbulkan ketergantungan dalam memahami suatu konsep. Akibatnya siswa
bingung ketika melakukan HOA dan guru harus mendukung agar siswa berani mencoba
tanpa ada rasa takut salah mengerjakan. Karena jika ada rasa takut maka siswa
tidak akan belajar dengan maksimal. Rasa takut membuat prestasi matematika akan
menurun (Krause, 2007). Hal ini juga
dinyatakan Rubinsten (2010) bahwa terdapat hubungan antara ketakutan matematika
dan prestasi matematika yaitu hubungan yang negatif. Ketakutan tersebut
diindikasikan pada siswa yang takut untuk bertanya, sehingga berakibat pada
jawaban siswa yang belum sesuai dengan yang ditanyakan. Siswa lebih baik diam
dan mencoba lain waktu dari pada bertanya. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
siswa yang belum menggunakan potongan kertas sesuai dengan instruksi guru yang
juga dituangkan dalam LKS. Siswa belum menggunakan potongan kertas dengan
dengan tujuan yang tepat.
Gambar. 5.5 Hasil HOA Siswa yang Belum Tepat
Selain
itu, siswa
terbiasa menggunakan cara langsung, yaitu memindah bilangan yang posisi awalnya
terletak di ruas kanan langsung dipindah saja ke ruas kiri atau sebaliknya
tanpa memperhatikan tanda operasi bilangan tersebut. Hal ini menggambarkan
bahwa konsep dalam memindah suatu bilangan belum dipahami dengan tepat. Tampak
pada Gambar 5.6 berikut.
Walaupun siswa sudah mulai memahami
hubungan sudut saling bersuplemen dan membuat hubungan tersebut dalam persamaan
linear satu variabel, tetapi pada langkah-langkah selanjutnya masih terdapat
kesalahan konsep, yaitu dalam memindah suatu bilangan ke ruas yang berbeda,
seperti tampak pada Gambar 5.6 di atas. Selain itu penulisan tanda “sama
dengan” juga masih belum tepat. Siswa menuliskan tanda sama dengan ada di
sebelah kiri dan tengah. Hal ini mengindikasikan juga bahwa siswa belum
memahami secara penuh arti dari persamaan linear satuvariabel.
Pertemuan selanjutnya, dengan
bimbingan guru, siswa diarahkan agar melakukan aktifitas algoritma, tidak hanya
belajar algoritma. Belajar melakukan algoritma lebih penting dari pada belajar
algoritma itu sendiri karena siswa secara tidak langsung akan belajar menemukan
konsep bagaimana algoritma, dalam hal ini algoritma untuk menyelesaikan
persamaan linear satu variabel (Gravemeijer, 2016). Formula (dalam hal ini
adalah algoritma) dipelajari siswa dengan menerapkan dan praktek langsung
(Ozerem, 2012:31). Berdasarkan bimbingan guru tersebut, siswa sudah mulai bisa
menghubungkan potongan kertas untuk dibentuk ke persamaan linear satu variabel
dan menyelesaikannya. Siswa sudah mulai paham jika 7x = 140, maka nilai x=20, tanpa harus membagi kedua
ruas dengan tujuh. Hal ini ketika di awal pertemuan masih dilakukan sebagian
besar siswa. Artinya siswa sudah menyelesaikan dengan lebih singkat dan paham.
Berikut gambar hasil kerja siswa yang menunjukkan proses penemuan konsep bahwa
mencari suatu variabel langsung tanpa membagi dengan koefisien dari variabel
tersebut.
Gambar di samping adalah besar sudut
dengan ukuran 60 derajat dan diketahui untuk 4x. Dengan bimbingan guru,
siswa diminta untuk membuat ukuran sudut yang sesuai, kemudian memotongnya
menjadi dua bagian yang sama besar dan terakhir membagi lagi menjadi dua bagian
yang sama ukurannya, sehingga tampak ukuran sudut yang besarnya 60 derajat akan terbagi menjadi 4 bagian yang sama ukuran
sudutnya. Dari contoh sederhana ini siswa diarahkan untuk mencari nilai suatu
variabel dengan potongan kertas.
Gambar.
5.8 Proses HOA untuk Memperoleh Pengalaman Mencari Nilai Suatu Variabel dengan
Langkah Lebih Cepat
Gambar.
5.9 Proses HOA untuk Memperoleh Pengalaman Mencari Nilai Suatu Variabel dengan
Langkah Lebih Cepat
Pengalaman
selanjutnya masih dengan membagi sudut dengan ukuran tertentu dalam menentukan
variabel. Jika dibandingkan dengan Gambar 5.8, pada Gambar 5.9 sudah tidak
membagi sudut asal menjadi sejumlah variabel yang diketahui. Dari proses inilah
ternyata siswa menemukan konsep sendiri bahwa nuntuk mencari nilai suartu
variabel tidak perlu dibagi terlebih dahulu dengan koefisien variabel yang
dicari tersebut. Pengalaman ini mengindikasikan bahwa siswa sudah memahami cara
mencari nilai suatu variabel dengan lebih cepat. Pemahaman ini dapat diperoleh siswa setelah melalui
proses melakukan HOA seperti pada Gambar 5.9. Pembelajaran seperti ini adalah
pembelajaran yang didisain guru agar siswa belajar menemukan suatu konsep
melalui praktek karena hasilnya akan lebih maksimal. Hal tersebut sesuai yang
nyatakan (Dryden
, 2001: 100), bahwa “Siswa belajar 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan”.
Dalam hal ini siswa dilatih untuk
“melakukan HOA”. Hal senada dinyatakan oleh David (1994) dan Bacer
(2004: v) yaitu, “I do and I understand”.
Belajar dengan cara tersebut dia atas akan lebih mudah untuk diingat dan untuk
menyimpannya karena telah melakukan belajar bermakna. Orton (1992: 25)
menyatakan bahwa menyimpan dan mengingat akan lebih mudah jika belajarnya
bermakna dalam kegiatan yang sudah dilakukan dalam pikiran siswa.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya guru meminta kembali agar
siswa menggunakan potongan kertas dengan ukuran sudut yang tepat untuk mencari
nilai suatu variabel. Tampak pada Gambar
5.10 berikut.
Gambar. 5.10 Hasil HOA
dalam Membuat Persamaan Linear Satu Variabel.
Gambar 5.10 di atas, siswa membentuk
persamaan linear satu variabel masih menggunakan potongan kertas dengan ukuran
sudut tertentu, tetapi dengan hasil yang lebih baik lagi jika dibandingkan
dengan pertemuan-pertemuan awal. Siswa menggunakan potongan sudut tertentu
tersebut sesuai dengan langkah-langkah dalam menyelesaikan persamaan linear
satu variabel. Setelah siswa bisa membuat potongan kertas tersebut dalam
menyusun persamaan linear satu variabel dan menyelesaikannya, selanjutnya guru
meminta siswa agar mengerjakan soal aplikasi sifat-sifat sudut yang telah
dipelajari tersebut tidak menggunakan potongan kertas dalam membentuk persamaan
linear satu variabel tersebut, tetapi sudah langsung persamaan linear dengan
penyelesaiannya. Ternyata siswa bisa melakukannya dengan baik serta cara
penulisannya tepat, tanda hubung yang tadinya ada dua yaitu di sebelah kiri dan
tengah sekarang sudah tidak ditemui lagi. Ketika siswa bisa menuliskannya
dengan tepat, maka hal ini mengindikasikan siswa paham apa yang ditulis . Hasil
jawaban untuk soal urain juga dapat menggambarkan bahwa siswa mengalami
peningkatan pemahaman konsep matematika. Gambar tersebut menunjukkan bahwa
siswa sudah paham cara menulis yang tepat, langkah-langkah yang benar, dan sistematis.
Tampak hasil kerja siswa pada Gambar 5.11 berikut.
Gambar.
5.11 Hasil Kerja Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Linear
Gambar 5.11 menunjukkan bahwa konsep
siswa dalam memindah suatu bilangan sudah tepat yaitu dengan penjumlahan lawan bilangannya.
Cara penyelesaian seperti itu masih banyak digunakan untuk siswa kategori
rendah, tetapi untuk siswa kategori tinggi sebagian besar sudah tidak
menggunakan lagi, walaupun masih ada yang menggunakannya, tetapi dalam kondisi
siswa sudah paham. Mereka hanya lebih berhati-hati. Berikut contoh lain yang
menunjukkan bahwa siswa paham cara memindah suatu bilangan dan cara menemukan
suatu variabel secara langsung tanpa proses membagi dengan koefisien dari
variabel tersebut.
Gb. 5.12 Hasil Kerja Siswa
Kondisi Gambar 5.12 menunjukkan
kemajuan belajar karena siswa dalam menemukan konsep sendiri melalui HOA. Penemuan konsep dengan
bimbingan guru melaului potongan kertas adalah cara menemukan konsep melalui
benda kongkrit untuk visualisasi sehingga siswa lebih memahami konsep yang
bersifat abstrak. Proses yang dikondisikan guru agar siswa
mengalami dalam membentuk persamaan linear (simbolik) dari
potongan kertas dengan ukuran tertentu (ikonik) adalah proses bereksperimen dengan
benda-benda fisik (enaktif) pada
lingkungan sehingga siswa memiliki pengalaman konkret (potongan kertas) sebelum
belajar konsep-konsep matematika
yang abstrak (persamaan linear satu variabel) (Cook, 1995). Hal ini didukung
dalam teori Bruner bahwa dalam melakukan proses belajar harus melalui
tiga tahap yaitu enaktif, ikonik dan simbolik
(Brahier: 50). Proses belajar seperti itu juga yang dinamakan pembelajaran
bermakna (Shaw, 1990) karena siswa menemukan pengetahuan baru
dalam proses tersebut (Reys, 2009:24).
Pemahaman konsep yang sudah diperoleh siswa tersebut selanjutnya bisa
diaplikasikan dalam soal-soal sifat sudut yang lain. Siswa mulai menghubungkan
bahwa dalam sudut saling bertolak belakang terdapat sifat sudut saling bersuplemen,
dalam sifat sudut pada dua garis sejajar yang dipotong garis lain terdapat
bermacam-macam sifat sudut yang terbentuk, yaitu sudut saling bertolak
belakang, berpelurus, sepihak, sehadap, dan berseberangan. Selanjutnya, siswa
dapat membuat hubungan berdasarkan sifat yang sudah diperoleh siswa tersebut,
dan dapat direpresentasikan dalam hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal yang
diberikan guru. Gambar 5.13 menunjukkan hasil kerja siswa yang menggunakan
sifat-sifat sudut yang telah dipelaari sebelumnya. Siswa bisa menghubungkan 5x+25 dan 75 derajat. Siswa secara tidak langsung sudah memahami bahwa y = 5x+25 yaitu sudut saling
sehadap, yang ukuran sudutnya sama. Penalaran siswa digunakan dalam
menyelesaikan soal tersebut, dan siswa menggunakan hubungan dalam soal tersebut
tersebut adalah sama dengan. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan
soal tersebut juga sudah tepat dan penulisannya juga rapi. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa sudah meningkat pemahaman konsep matematikanya, khususnya materi
garis dan sudut.
Gb. 5.13 Hasil Kerja Siswa dalam menghubungkan sifat sudut
Keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut terlihat pada tes akhir, dapat dilihat
bahwa siswa yang memperoleh nilai >=60 untuk soal pilihan ganda mencapai 83,3% atau
25 siswa sedangkan untuk soal uraian dapat dilihat peningkatan hasil kerja
siswa yang dapat menyelesaikan soal mulai diketahui, dintanyakan, strategi dan
solusinya. Strategi dan solusi menggambarkan pemahaman siswa dalam menjawab
soal. Dalam menjawab seperti itu siswa berati paham alasan menjawab sehingga
terdapat hubungan antara jawaban dan alasan. Keberhasilan tersebut sesuai
dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu
75% siswa yang mendapat nilai >=60 untuk soal pilihan ganda dan untuk urain
terdapat peningkatan cara menjawab soal, yaitu mulai dari yang diketahui,
ditanyakan, strategi dan solusinya. Pencapaian tersebut, sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran
berbantuan HOA yang dilakukan siswa dalam menemukan konsep matematika karena
siswa diarahkan agar belajar tidak langsung menerima bentuk jadi, melainkan
sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses dengan bimbingan guru (Freudenthal
(2002: 14).
Berikut adalah salah satu wawancara
peneliti dengan salah satu siswa yang kemajuan belajarnya sangat baik sebagai
konfirmasi dari hasil kerja yang telah dilakukan. Berikut P mewakili Peneliti dan S mewakili Siswa.
P : Bagaimana
kamu bisa menjawab soal nomor 19 tadi?
S : saya cari nilai q dulu bu.
S : karena suplemen dari
P : Terus apa lagi?
S : Kemudian menentukan nila m dan n. Ini lho bu...kan
sehadap dengan jadi besarnya sama (siswa sambil
menunjukkan bahwa 1500 dengan m
+n adalah sudut sehadap)
+n adalah sudut sehadap)
P : Lalu...?
S : Ini tanda sudutnya sama to bu jadi (siswa sambil
menunjukkan sudut m dan n yang bertanda sama), besarnya sama
P : Jadi dioperoleh berapa nilai m dan n?
S : Jadi nilai m dan n masing-masing adalah 750.
P : Untuk nilai p dan r bagaimana?
S : Untuk p sama dengan m karena sudut saling bertolak
belakang, jadi p = 750
P : Nilai r bagaimana?
S : Karena ini (siswa sambil menunjukkan sudut dalam segitiga
dengan masing-masing sudutnya p, q, dan r) jumlahnya 1800, maka r
nilainya 750, tadi q=300 dan q = 750.
P : Wah hebat kamu ya...tetap semangat.
Dari hasil wawancara tersebut,
menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menggabungkan beberapa sifat sudut yang
sudah dipelajari dan sudah mengaplikasikannya dalam soal. Pertama, siswa sudah
paham arti sudut saling bersuplemen, selanjutnya sudut sehadap. Jika siswa
belum menguasai konsep, maka siswa tidak akan bisa menemukan sifat sudut
sehadap pada soal tersebut dan selanjutnya tidak akan bisa menemukan nilai dan , serta nilai sebagai akibat dari nilai m
yang telah ditemukan. Selain itu siswa sudah paham arti dari tanda sudut yang
mempunyai besar sama. Soal tersebut menggunakan tanda titik untuk menyatakan
bahawa dua sudut tersebut mempunyai ukuran yang sama. Ternyata siswa bisa
mencari semua nilai dari suatu variabel yang ditanyakan. Hal ini menunjukkan
siswa paham sifat-sifat sudut dan dapat mengapkikasikannya dalam soal.
PENUTUP
Pembelajaran berbantuan HOA merupakan
pembelajaran yang didesain oleh guru agar siswa melakukan aktivitas tangan
secara langsung dalam menemukan suatu konsep matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut siswa diminta
melakukan praktek menemukan istilah-istilah dasar geometri yaitu titik, garis,
ruas garis, dan bidang, serta kedudukan dua garis. Selanjutnya guru mendesaian
pembelajaran agar siswa dapat membuat persamaan linear satu variabel sebagai
aplikasi sifat-sifat sudut yang telah didiskusikan dari potongan kertas yang
telah disiapkan guru. Dari potongan kertas tersebut siswa membentuk persamaan
linear satu variabel dan sekaligus menyelesaikannya. Siswa diarahkan agar
melakukan aktifitas algoritma, tidak hanya belajar algoritma. Belajar melakukan
algoritma lebih penting dari pada belajar algoritma itu sendiri karena siswa
secara tidak langsung akan belajar menemukan konsep bagaimana algoritma, dalam
hal ini algoritma untuk menyelesaikan persamaan linear satu variabel. Dalam hal
ini siswa diarahkan belajar dengan menemukan sendiri melalui benda kongkrit,
agar pemahaman lebih maksimal karena sesuai dengan tingkat berfikir siswa.
Secara umum bisa dikatakan bahwa pemahaman
konsep siswa sudah baik dan menunjukkan bahwa dengan HOA siswa dapat menemukan
konsep bahwa suatu bilangan atau variabel jika dipindah ruas akan bertanda
operasi berbeda; menyelesaikan persamaan
linear satu variabel sebagai aplikasi sifat sudut saling berkomplemen, bersuplemen, dan
sifat sudut pada dua garis sejajar jika dipotong garis lain lebih cepat;
terampil dalam menghubungkan berbagai sifat sudut yang telah dipelajari dalam
menyelesaikan permasalahan garis dan sudut. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil tes, yang terdiri dari pilhan ganda dan uraian. Hasil tes tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai untuk pengetahuan pilihan ganda 83,3% atau
sebanyak 25 orang, sedangkan dari uraian terlihat adanya peningkatan pemahaman
dari tes awal penelitian. Siswa sudah bisa menjawab soal dimulai dengan
diketahui, ditanyakan, strategi dan solusinya. Cara menjawab seperti itu dapat
digunakan untuk melihat cara berfikir siswa dalam menyelesaikan soal. Hal
tersebut menunjukkan keefektifan pembelajaran berbantuan HOA pada materi garis
dan sudut. Berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbantuan HOA dikatakan efektif.
DAFTAR
RUJUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar