Minggu, 22 April 2018

Artikel Hands on Math


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA 
BERBANTUAN HANDS ON ACTIVITY (HOA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT
Ratna Titi Wulandari, Akbar Sutawidjaja, Susiswo
Universitas Negeri Malang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripksikan pembelajaran berbantuan HOA yang efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Kegiatan HOA yang dilakukan adalah siswa praktek langsung menggunakan alat atau benda manipulatif dalam menemukan konsep matematis, khususnya pada materi garis dan sudut. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang dilakukan di SMP N 3 Grabag, kabupaten Magelang, tahun pelajaran 2015/2016 pada materi garis dan sudut, kelas VII E sebanyak 30 orang. Dalam pembelajaran tersebut guru membuat desain agar siswa menemukan suatu konsep pada materi garis dan sudut dengan kegiatan HOA.  Guru mengaktifkan setiap siswa untuk melakukan kegiatan HOA di lembar kerja masing-masing. Kegiatan pembelajaran berbantuan HOA tersebut ternyata dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Hal tersebut dilihat dari hasil tes bahwa siswa yang memperoleh nilai > =60 untuk pilihan ganda 83,3%, sedangkan dari soal uraian terlihat adanya peningkatan pemahaman dari tes awal penelitian. Hal ini menunjukkan keefektifan pembelajaran berbantuan HOA pada materi garis dan sudut.


Kata Kunci: HOA, efektif.


Pemahaman konsep matematika dapat diperoleh siswa dengan maksimal melaui proses  menemukan kembali konsep matematika tersebut yang dilakukan siswa secara aktif dengan bimbingan guru. Hal ini seperti yang dinyatakan Frudental dengan istilah guided reinvention. Siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru yang didukung pengalaman sebelumnya (Balka, Hull, and Harbin Miles). Pada kenyataannya siswa cenderung pasif dan kurang perduli terhadap pelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam menemukan suatau konsep. Karena dengan suasana yang menyenangkan belajar akan lebih efektif. Hal ini seperti yang diungkapkan Dryden (2001: 22) bahwa dengan suasana yang menyenangkan belajar akan lebih efektif.
Untuk memberikan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka perlu adanya inovasi pembelajaran yang bisa menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa. Yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengalami proses belajar sendiri bukan hanya transfer ilmu dari guru (Gravemeijer, 2016 dan Freudental dalam Wijaya, 2012: 20). Oleh karena itu siswa diarahkan untuk melakukan proses belajar sendiri (praktek ) dalam menemukan konsep matematis. Hal ini sesuai ungkapan Dryden (2001: 100) siswa diarahkan untuk mempraktekkan apa yang sedang dipelajari, karena kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan. Hal seperti ini tertuang juga dalam pepatah China yang artinya: saya dengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya lakukan dan saya paham (David,1994), sehingga dalam peroses pembelajaran tersebut siswa mengalami pembelajaran bermakna karena siswa tidak menerima begitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan. Reys (2009: 24) mengemukakan bahwa pengetahuan bukan didapat secara pasif, melainkan ditemukan atau diciptakan secara aktif oleh siswa, dan membangun pengetahuan matematika baru dengan merefleksikan kegiatan fisik dan mental.
Menurut Hudojo (2001: 71) siswa yang masih dalam tahap perkembangan congcrete operations adalah tahap permulaan berfikir matematik logik. Sehingga siswa diarahkan pada kejadian riil yang bisa diamati oleh siswa dalam membuat kesimpulan atau menemukan suatu konsep geometri karena siswa dimungkinkan untuk menangani, memanipulasi atau mengamati proses suatu konsep (David:1994). Kegiatan yang diarahkan pada kejadian riil, menangani dan memanipulasi tersebut adalah kegiatan matematika sebagai “Math Wise”, artinya Hands On Activity sebagai cara mengenalkan pemahaman matematika secara real (Overholt, 2010: v). Cook (1995) menyebutkan bahwa penerapan Hands on Activity merupakan involving students in really doing mathematics, experimenting first-hand with physical objects in the environment and having concrete experience before learning abstract mathematical concepts, maksudnya bahwa penerapan Hands on Activity melibatkan siswa secara nyata melakukan matematika, berawal bereksperimen dengan benda-benda fisik pada lingkungan sehingga siswa memiliki pengalaman konkret sebelum belajar konsep-konsep matematika yang abstrak. Hal ini juga didukung teori Bruner bahwa proses belajar yang harus dilalui siswa adalah enaktif (benda fisik), ikonik (pemodelan dari benda fisik) dan simbolik (konsep matematika yang abstrak).
Dalam penelitian ini dipilih materi garis dan sudut karena terdapat beberapa kesalahan konsep siswa dalam aplikasi sifat sudut pada hubungan antar sudut atau sifat sudut pada garis sejajar dipotong garis lain. Siswa masih melakukan kesalahan ketika menyelesaikan persamaan linear satu variabel sebagai aplkikasi sifat-sifat sudut tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan pembelajaran berbantuan HOA, diharapkan guru dapat menumbuhkan semangat belajar siswa dalam menemukan konsep matematika melalui kegiatan HOA tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan PTK yang dilaksanakan di SMP N 3 Grabag kabupaten Magelang, kelas VII E sebanyak 30 orang. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tes awal untuk melihat materi prasyarat yang sudah dikuasai siswa. Selanjutnya, berdasarkan diskusi bersama guru yang bersangkutan, yaitu guru matematika VII E, hasil tes awal, serta berdasarkan keheterogenan siswa, maka dibentuk kelompok yang selanjutnya akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya peneliti melaksanakan pembelajaran matematika sesuai dengan RPP yang disusun berdasarkan HOA. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tersebut peneliti sudah mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di dalamnya terdapat kegiatan HOA untuk menemukan konsep matematis yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti dan observer berdiskusi tentang hasil observasi yang telah dilakukan. Di akhir pembelajaran diakhiri dengan tes berupa pilihan ganda dan uraian untuk melihat pemahaman konsep siswa terhadap materi yang sudah didiskusikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini lebih ditekankan pada tingkat keefektifan pembelajaran matematika berbantuan HOA. Untuk mendapatkan kesamaan pengertian pada penelitian perlu pendifinisian keefektifan. Pembelajaran berbantuan HOA akan dikatakan efektif jika nilai siswa >= 60 mencapai minimal 75% untuk soal pilihan ganda dan adanya dampak pada perubahan dalam mengerjakan soal uraian. Siswa melakukan HOA dalam menemukan konsep garis dan sudut, diantaranya siswa dapat menyelesaikan persamaan linear satu variabel untuk aplikasi soal sudut saling berkomplemen, bersuplemen, bertolak belakang, dan sifat sudut yang terbentuk pada dua garis sejajar jika dipotong garis lain. Guru menyediakan alat yang digunakan untuk menemukan konsep-konsep dasar dan kertas disetiap kelompok untuk dipotong sesuai ukuran sudut yang ada dalam soal. Pada awalnya siswa belum bisa menghubungkan sifat sudut saling berkomplemen dengan potongan kertas yang membentuk persamaan linear satu variabel seperti tampak pada gambar 5.5. Siswa yang terbiasa secara langsung diberi contoh dalam belajar, menimbulkan kesulitan ketika mereka harus memahami LKS secara mandiri. Hal ini menimbulkan ketergantungan dalam memahami suatu konsep. Akibatnya siswa bingung ketika melakukan HOA dan guru harus mendukung agar siswa berani mencoba tanpa ada rasa takut salah mengerjakan. Karena jika ada rasa takut maka siswa tidak akan belajar dengan maksimal. Rasa takut membuat prestasi matematika akan menurun (Krause, 2007). Hal ini juga dinyatakan Rubinsten (2010) bahwa terdapat hubungan antara ketakutan matematika dan prestasi matematika yaitu hubungan yang negatif. Ketakutan tersebut diindikasikan pada siswa yang takut untuk bertanya, sehingga berakibat pada jawaban siswa yang belum sesuai dengan yang ditanyakan. Siswa lebih baik diam dan mencoba lain waktu dari pada bertanya. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang belum menggunakan potongan kertas sesuai dengan instruksi guru yang juga dituangkan dalam LKS. Siswa belum menggunakan potongan kertas dengan dengan tujuan yang tepat.
      
                                 Gambar. 5.5 Hasil HOA Siswa yang Belum Tepat

Selain itu, siswa terbiasa menggunakan cara langsung, yaitu memindah bilangan yang posisi awalnya terletak di ruas kanan langsung dipindah saja ke ruas kiri atau sebaliknya tanpa memperhatikan tanda operasi bilangan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa konsep dalam memindah suatu bilangan belum dipahami dengan tepat. Tampak pada Gambar 5.6 berikut.


                           Gambar. 5.6 Hasil Kerja Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Linear

Walaupun siswa sudah mulai memahami hubungan sudut saling bersuplemen dan membuat hubungan tersebut dalam persamaan linear satu variabel, tetapi pada langkah-langkah selanjutnya masih terdapat kesalahan konsep, yaitu dalam memindah suatu bilangan ke ruas yang berbeda, seperti tampak pada Gambar 5.6 di atas. Selain itu penulisan tanda “sama dengan” juga masih belum tepat. Siswa menuliskan tanda sama dengan ada di sebelah kiri dan tengah. Hal ini mengindikasikan juga bahwa siswa belum memahami secara penuh arti dari persamaan linear satuvariabel.
Pertemuan selanjutnya, dengan bimbingan guru, siswa diarahkan agar melakukan aktifitas algoritma, tidak hanya belajar algoritma. Belajar melakukan algoritma lebih penting dari pada belajar algoritma itu sendiri karena siswa secara tidak langsung akan belajar menemukan konsep bagaimana algoritma, dalam hal ini algoritma untuk menyelesaikan persamaan linear satu variabel (Gravemeijer, 2016). Formula (dalam hal ini adalah algoritma) dipelajari siswa dengan menerapkan dan praktek langsung (Ozerem, 2012:31). Berdasarkan bimbingan guru tersebut, siswa sudah mulai bisa menghubungkan potongan kertas untuk dibentuk ke persamaan linear satu variabel dan menyelesaikannya. Siswa sudah mulai paham jika 7x = 140, maka nilai x=20, tanpa harus membagi kedua ruas dengan tujuh. Hal ini ketika di awal pertemuan masih dilakukan sebagian besar siswa. Artinya siswa sudah menyelesaikan dengan lebih singkat dan paham. Berikut gambar hasil kerja siswa yang menunjukkan proses penemuan konsep bahwa mencari suatu variabel langsung tanpa membagi dengan koefisien dari variabel tersebut.
                                                                                   


Gambar di samping adalah besar sudut dengan ukuran 60 derajat dan diketahui untuk 4x. Dengan bimbingan guru, siswa diminta untuk membuat ukuran sudut yang sesuai, kemudian memotongnya menjadi dua bagian yang sama besar dan terakhir membagi lagi menjadi dua bagian yang sama ukurannya, sehingga tampak ukuran sudut yang besarnya 60 derajat akan terbagi menjadi 4 bagian yang sama ukuran sudutnya. Dari contoh sederhana ini siswa diarahkan untuk mencari nilai suatu variabel dengan potongan kertas.


Gambar. 5.8 Proses HOA untuk Memperoleh Pengalaman Mencari Nilai Suatu Variabel dengan Langkah Lebih Cepat


Gambar. 5.9 Proses HOA untuk Memperoleh Pengalaman Mencari Nilai Suatu Variabel dengan Langkah Lebih Cepat

Pengalaman selanjutnya masih dengan membagi sudut dengan ukuran tertentu dalam menentukan variabel. Jika dibandingkan dengan Gambar 5.8, pada Gambar 5.9 sudah tidak membagi sudut asal menjadi sejumlah variabel yang diketahui. Dari proses inilah ternyata siswa menemukan konsep sendiri bahwa nuntuk mencari nilai suartu variabel tidak perlu dibagi terlebih dahulu dengan koefisien variabel yang dicari tersebut. Pengalaman ini mengindikasikan bahwa siswa sudah memahami cara mencari nilai suatu variabel dengan lebih cepat. Pemahaman  ini dapat diperoleh siswa setelah melalui proses melakukan HOA seperti pada Gambar 5.9. Pembelajaran seperti ini adalah pembelajaran yang didisain guru agar siswa belajar menemukan suatu konsep melalui praktek karena hasilnya akan lebih maksimal. Hal tersebut sesuai yang nyatakan (Dryden , 2001: 100), bahwa  Siswa belajar 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan”. Dalam hal ini siswa dilatih untuk  “melakukan HOA”. Hal senada dinyatakan oleh David (1994) dan Bacer (2004: v) yaitu, “I do and I understand”. Belajar dengan cara tersebut dia atas akan lebih mudah untuk diingat dan untuk menyimpannya karena telah melakukan belajar bermakna. Orton (1992: 25) menyatakan bahwa menyimpan dan mengingat akan lebih mudah jika belajarnya bermakna dalam kegiatan yang sudah dilakukan dalam pikiran siswa.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya guru meminta kembali agar siswa menggunakan potongan kertas dengan ukuran sudut yang tepat untuk mencari nilai suatu variabel.  Tampak pada Gambar 5.10 berikut.

Gambar. 5.10  Hasil HOA dalam Membuat Persamaan Linear Satu Variabel.

Gambar 5.10 di atas, siswa membentuk persamaan linear satu variabel masih menggunakan potongan kertas dengan ukuran sudut tertentu, tetapi dengan hasil yang lebih baik lagi jika dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan awal. Siswa menggunakan potongan sudut tertentu tersebut sesuai dengan langkah-langkah dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel. Setelah siswa bisa membuat potongan kertas tersebut dalam menyusun persamaan linear satu variabel dan menyelesaikannya, selanjutnya guru meminta siswa agar mengerjakan soal aplikasi sifat-sifat sudut yang telah dipelajari tersebut tidak menggunakan potongan kertas dalam membentuk persamaan linear satu variabel tersebut, tetapi sudah langsung persamaan linear dengan penyelesaiannya. Ternyata siswa bisa melakukannya dengan baik serta cara penulisannya tepat, tanda hubung yang tadinya ada dua yaitu di sebelah kiri dan tengah sekarang sudah tidak ditemui lagi. Ketika siswa bisa menuliskannya dengan tepat, maka hal ini mengindikasikan siswa paham apa yang ditulis .  Hasil jawaban untuk soal urain juga dapat menggambarkan bahwa siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep matematika. Gambar tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah paham cara menulis yang tepat, langkah-langkah yang benar, dan sistematis. Tampak hasil kerja siswa pada Gambar 5.11 berikut.


                            Gambar. 5.11 Hasil Kerja Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Linear

Gambar 5.11 menunjukkan bahwa konsep siswa dalam memindah suatu bilangan sudah tepat yaitu dengan penjumlahan lawan bilangannya. Cara penyelesaian seperti itu masih banyak digunakan untuk siswa kategori rendah, tetapi untuk siswa kategori tinggi sebagian besar sudah tidak menggunakan lagi, walaupun masih ada yang menggunakannya, tetapi dalam kondisi siswa sudah paham. Mereka hanya lebih berhati-hati. Berikut contoh lain yang menunjukkan bahwa siswa paham cara memindah suatu bilangan dan cara menemukan suatu variabel secara langsung tanpa proses membagi dengan koefisien dari variabel tersebut.


                                                   Gb. 5.12 Hasil Kerja Siswa

Kondisi Gambar 5.12 menunjukkan kemajuan belajar karena siswa dalam menemukan konsep sendiri melalui HOA. Penemuan konsep dengan bimbingan guru melaului potongan kertas adalah cara menemukan konsep melalui benda kongkrit untuk visualisasi sehingga siswa lebih memahami konsep yang bersifat abstrak. Proses yang dikondisikan guru agar siswa mengalami dalam membentuk persamaan linear (simbolik) dari potongan kertas dengan ukuran tertentu (ikonik) adalah proses bereksperimen dengan benda-benda fisik (enaktif) pada lingkungan sehingga siswa memiliki pengalaman konkret (potongan kertas) sebelum belajar konsep-konsep matematika yang abstrak (persamaan linear satu variabel) (Cook, 1995). Hal ini didukung dalam teori Bruner bahwa dalam melakukan proses belajar harus melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik dan simbolik  (Brahier: 50).  Proses belajar seperti itu juga yang dinamakan pembelajaran bermakna (Shaw, 1990) karena siswa menemukan pengetahuan baru dalam proses tersebut (Reys, 2009:24).
Pemahaman konsep yang sudah diperoleh siswa tersebut selanjutnya bisa diaplikasikan dalam soal-soal sifat sudut yang lain. Siswa mulai menghubungkan bahwa dalam sudut saling bertolak belakang terdapat sifat sudut saling bersuplemen, dalam sifat sudut pada dua garis sejajar yang dipotong garis lain terdapat bermacam-macam sifat sudut yang terbentuk, yaitu sudut saling bertolak belakang, berpelurus, sepihak, sehadap, dan berseberangan. Selanjutnya, siswa dapat membuat hubungan berdasarkan sifat yang sudah diperoleh siswa tersebut, dan dapat direpresentasikan dalam hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Gambar 5.13 menunjukkan hasil kerja siswa yang menggunakan sifat-sifat sudut yang telah dipelaari sebelumnya. Siswa bisa menghubungkan 5x+25 dan 75 derajat. Siswa secara tidak langsung sudah memahami bahwa y = 5x+25 yaitu sudut saling sehadap, yang ukuran sudutnya sama. Penalaran siswa digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut, dan siswa menggunakan hubungan dalam soal tersebut tersebut adalah sama dengan. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut juga sudah tepat dan penulisannya juga rapi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah meningkat pemahaman konsep matematikanya, khususnya materi garis dan sudut.

                Gb. 5.13 Hasil Kerja Siswa dalam menghubungkan sifat sudut


Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut terlihat pada tes akhir, dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai >=60 untuk soal pilihan ganda mencapai 83,3% atau 25 siswa sedangkan untuk soal uraian dapat dilihat peningkatan hasil kerja siswa yang dapat menyelesaikan soal mulai diketahui, dintanyakan, strategi dan solusinya. Strategi dan solusi menggambarkan pemahaman siswa dalam menjawab soal. Dalam menjawab seperti itu siswa berati paham alasan menjawab sehingga terdapat hubungan antara jawaban dan alasan. Keberhasilan tersebut sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu 75% siswa yang mendapat nilai >=60 untuk soal pilihan ganda dan untuk urain terdapat peningkatan cara menjawab soal, yaitu mulai dari yang diketahui, ditanyakan, strategi dan solusinya. Pencapaian tersebut, sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran berbantuan HOA yang dilakukan siswa dalam menemukan konsep matematika karena siswa diarahkan agar belajar tidak langsung menerima bentuk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses dengan bimbingan guru (Freudenthal (2002: 14).
Berikut adalah salah satu wawancara peneliti dengan salah satu siswa yang kemajuan belajarnya sangat baik sebagai konfirmasi dari hasil kerja yang telah dilakukan. Berikut P mewakili Peneliti dan S mewakili Siswa.


P : Bagaimana kamu bisa menjawab soal nomor 19 tadi?
S : saya cari nilai q dulu bu.
P : Kenapa nilai dahulu?
S : karena suplemen dari
P : Terus apa lagi?
S : Kemudian menentukan nila m dan n. Ini lho bu...kan sehadap dengan  jadi besarnya sama (siswa sambil menunjukkan bahwa 1500 dengan m
+n adalah sudut sehadap)
       P : Lalu...?

      S : Ini tanda sudutnya sama to bu jadi (siswa sambil menunjukkan sudut m dan n yang bertanda sama), besarnya sama
P : Jadi dioperoleh berapa nilai m dan n?
S : Jadi nilai m dan n masing-masing adalah 750.
P : Untuk nilai p dan r bagaimana?
S : Untuk p sama dengan m karena sudut saling bertolak belakang, jadi p = 750
P : Nilai r bagaimana?
S : Karena ini (siswa sambil menunjukkan sudut dalam segitiga dengan masing-masing sudutnya p, q, dan r) jumlahnya 1800, maka r nilainya 750, tadi q=300 dan q = 750.
P : Wah hebat kamu ya...tetap semangat.

Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menggabungkan beberapa sifat sudut yang sudah dipelajari dan sudah mengaplikasikannya dalam soal. Pertama, siswa sudah paham arti sudut saling bersuplemen, selanjutnya sudut sehadap. Jika siswa belum menguasai konsep, maka siswa tidak akan bisa menemukan sifat sudut sehadap pada soal tersebut dan selanjutnya tidak akan bisa menemukan nilai  dan , serta nilai sebagai akibat dari nilai m yang telah ditemukan. Selain itu siswa sudah paham arti dari tanda sudut yang mempunyai besar sama. Soal tersebut menggunakan tanda titik untuk menyatakan bahawa dua sudut tersebut mempunyai ukuran yang sama. Ternyata siswa bisa mencari semua nilai dari suatu variabel yang ditanyakan. Hal ini menunjukkan siswa paham sifat-sifat sudut dan dapat mengapkikasikannya dalam soal.


PENUTUP
Pembelajaran berbantuan HOA merupakan pembelajaran yang didesain oleh guru agar siswa melakukan aktivitas tangan secara langsung dalam menemukan suatu konsep matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut siswa diminta melakukan praktek menemukan istilah-istilah dasar geometri yaitu titik, garis, ruas garis, dan bidang, serta kedudukan dua garis. Selanjutnya guru mendesaian pembelajaran agar siswa dapat membuat persamaan linear satu variabel sebagai aplikasi sifat-sifat sudut yang telah didiskusikan dari potongan kertas yang telah disiapkan guru. Dari potongan kertas tersebut siswa membentuk persamaan linear satu variabel dan sekaligus menyelesaikannya. Siswa diarahkan agar melakukan aktifitas algoritma, tidak hanya belajar algoritma. Belajar melakukan algoritma lebih penting dari pada belajar algoritma itu sendiri karena siswa secara tidak langsung akan belajar menemukan konsep bagaimana algoritma, dalam hal ini algoritma untuk menyelesaikan persamaan linear satu variabel. Dalam hal ini siswa diarahkan belajar dengan menemukan sendiri melalui benda kongkrit, agar pemahaman lebih maksimal karena sesuai dengan tingkat berfikir siswa.
Secara umum bisa dikatakan bahwa pemahaman konsep siswa sudah baik dan menunjukkan bahwa dengan HOA siswa dapat menemukan konsep bahwa suatu bilangan atau variabel jika dipindah ruas akan bertanda operasi berbeda;  menyelesaikan persamaan linear satu variabel sebagai aplikasi sifat sudut saling berkomplemen, bersuplemen, dan sifat sudut pada dua garis sejajar jika dipotong garis lain lebih cepat; terampil dalam menghubungkan berbagai sifat sudut yang telah dipelajari dalam menyelesaikan permasalahan garis dan sudut. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes, yang terdiri dari pilhan ganda dan uraian. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai  untuk pengetahuan pilihan ganda 83,3% atau sebanyak 25 orang, sedangkan dari uraian terlihat adanya peningkatan pemahaman dari tes awal penelitian. Siswa sudah bisa menjawab soal dimulai dengan diketahui, ditanyakan, strategi dan solusinya. Cara menjawab seperti itu dapat digunakan untuk melihat cara berfikir siswa dalam menyelesaikan soal. Hal tersebut menunjukkan keefektifan pembelajaran berbantuan HOA pada materi garis dan sudut. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbantuan HOA dikatakan efektif.


DAFTAR RUJUKAN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar