“BERMAIN NYATA”
DALAM MATEMATIKA MELALUI
HANDS On MATH
Matematika adalah ilmu abstrak yang sulit untuk
diterima oleh pikiran secara langsung jika belum memasuki tingkat berfikir sesuai
levelnya. Untuk anak-anak yang tingkat berfikirnya masih cenderung level kongkrit
butuh media atau pengalaman dalam belajar yang tepat sesuai tingkat berfikirnya
(Van Hiele, 1995). Teori Bruner, menyatakan bahwa proses belajar siswa melaui 3
tahap perkembangan mental, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Dalam tahap enaktif
siswa menggunakan atau manipulasi objek-objek secara langsung. Terkait tahap
kedua yaitu ikonik, dalam hal ini adalah menggunakan benda manipulatif untuk
menuju tahap simboliknya. Penggunaaan benda manipulative tersebut akan sangat
bermakna karena dibuat sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga siswa
lebih paham akan suatu konsep matematika. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Bacer,
bahwa penggunaan manipulatif adalah kunci untuk memungkinkan siswa memahami
konsep-konsep matematika abstrak, sebagai bentuk perantara kongkrit dengan
abstrak. Sebagai bentuk perantara tersebut, siswa dibimbing dengan sebuah aktivitas
melalui benda manipulatif yang didesain agar siswa mengalami sendiri sebagai
pengalaman bermakna dalam belajar. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Freudenthal
(2002:14), bahwa “mathematic is human
activity”. Pernyataan tersebut
nenyatakan bahwa matematika bukan sebagai produk jadi, melainkan sebagai suatu
bentuk aktivitas atau proses, sebagai suatu bentuk kegiatan dalam mengonstruksi
konsep matematika. Frudental mengenalkan istilah guided reinvention sebagai proses yang dilakukan siswa secara aktif
untuk menemukan kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru.
Menurut van Hiele (1995),
siswa dalam level concrete
operations membutuhkan benda-benda
manipulatif yang secara sengaja disiapkan untuk merangsang pikiran dalam mengonstruksi
pengetahuan dan keterampilan. Pengalaman belajar dalam mengonstruksi
pengetahuan adalah pembelajaran yang bercirikan aktivitas fisik yang melibatkan
tangan secara langsung (Hands-On
Activities) (Yaumi, 2013: 42).
Overholt & Lauri (2010: v) menyatakan bahwa kegiatan
matematika di kelas sebagai “Math Wise”,
artinya Hands-On Activity sebagai
cara mengenalan pemahaman matematika secara real. Pembelajaran di kelas harus lebih dari
sekedar menjawab dengan benar, siswa lebih membutuhkan kegiatan memahamani
konsep dan pengalaman dalam matematika. Aktivitas yang akan membantu siswa
memahami secara penuh dari konsep dasar matematika seperti halnya bilangan,
perhitungan, perkiraan, pengukuran, peluang, analisis data, aljabar, problem solving dan logika berpikir.
Sedangkan Costu dkk (2007) mengatakan bahwa Hands-on activity
adalah kegiatan yang membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman konseptual,
yang bisa dilakukan secara individu, kelompok atau seluruh kelas. Hands-on
activity adalah teknik pembelajaran aktif yang memungkinkan siswa untuk
membangun pemahaman sain dengan suasana menyenangkan, siswa dapat terlibat
dalam proses mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Sedangkan menurut Musser
dkk (2007) Hands-On Activities:
Activities that help develop initial understandings at the concrete level.
Berdasarkan beberapa pemamparan di atas, Hands-on Activity adalah aktivitas yang melibatkan kegiatan
praktik atau eksperimen yang melibatkan fisik dan mental siswa dengan menggunakan
alat atau benda bersifat manipulative,
menggunakan benda fisik yang dapat disentuh secara langsung oleh tangan atau
dibuat dengan tangan, menggunakan objek hidup atau mati, sederhana namun dapat
merangsang memahamkan konsep, menalar dan menyelesaikan masalah, menjembatani
kegiatan pembelajaran melalui aktivitas yang kongkret sebelum masuk ke dalam
hal yang abstrak, mengkonstruksi pemahaman sain dengan suasana
menyenangkan, dan melibatkan secara fisik dan mental siswa dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan. Hands-On
Activity bisa dilakukan dengan secara individu, kelompok, atau seluruh
kelas. Melaui Hands-On Avtivity siswa
diarahkan untuk mempraktikkan apa yang sedang dipelajari, karena siswa belajar
10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat,
50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90%
dari apa yang dikatakan dan dilakukan (Dryden dan Vos , 2001:100). Hans-on Activity dalam istilah bahasa
Inggris sering disebut dengan Hands-On
Math, Hands-On Geometry, Hands-On Problem Solving.
Pembelajaran berbantuan Hands-On Activity akan membuat siswa senang dalam belajar,
meningkatkan pengetahuan matematika yang dibangun sendiri oleh siswa, dan
selanjutnya meningkatkan sikap untuk berobservasi, bereksperimen secara ilmiah
(Costu dkk, 2007). Belajar dalam suasana yang menyenangkan akan lebih efektif
(Dryden dan Vos, 2001: 22) dan pemahaman konseptual meningkat. Senada dengan hal
tersebut, Rayner dkk (2009:64) menyatakan bahwa: “their levels of mathematics
anxiety would decrease as their conceptual understanding of mathematical
topics increases”, yaitu jika rasa cemas dalam belajar
matematika menurun (belajar menyenangkan) akan mengakibatkan pemahaman
konseptual meningkat. Siswa yang belajar dalam suasana yang menyenangkan (tidak
cemas dengan matematika) akan meningkatkan performa dalam matematika dan
matematika yang berkaitan dengan dengan materi yang lain. Menurut DePorter dkk
(2014:44) bahwa “suasana yang penuh dengan kegembiraan membawa kegembiraan pula
dalam belajar”.
DAFTAR RUJUKAN
Costu, B., Suat,
U. & Alipasa, A. 2007. A Hands-On Activity To Promoute Conceptual Change
About Mixtures And Chemical Compiunds. Journal of Baltic Science Education.
Vol. 6 No. 1.
DePorter, B., Reardon,
M. & Singer-Nourie, S. 1999. Quantum Teaching. Kaifa: Bandung
Dryden, G. &
Vos, J. 2002. The Learning Revolution (Revolusi Cara Belajar). Mizan Media
Utama: Bandung.
Freudenthal,
H. 2002. Refisiting Mathematics Education. Dordrecht. Kluwer Academic
Publisher.
Musser, G.L.,
Burger, W.F. & Peterson, B.E. 2007.Mathematics For Elementary teachers.
Wiley: New Jersy.
Overhollt, J. & Lauri,
K. 2010. Math Wise! Over 100 Hands-On Activities That Promote Real Math
Understanding. Jossey: USA.
Rayner, V., Pitsolantis, N. & Osana H. 2009.
Mathematics
Anxiety in Preservice Teachers: Its Relationship to their Conceptual and
Procedural Knowledge of Fractions. Mathematics Education
Research Journal. Vol. 21, No. 3,
60-85.
Yaumi, M. 2013. Prinsip-prinsip
Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Kencana: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar